DASAR
PEMASARAN
KASUS – KASUS
PEMASARAN
BAB VII
Nama
: Atika Setyaningsih
Kelas
: 1EB17
NPM
: 21213483
FAKULTAS EKONOMI / AKUNTANSI SI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan
selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, terlebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah tercapai dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan
kepada Dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan
berupa moriil maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan.
Saya menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangannya, baik dari segi tata
bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman
sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu
besar harapan saya jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah-makah saya dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah,
mudah-mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi,
teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi
atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai tambahan dalam menambah referensi
yang telah ada.
Depok, 08 Mei 2014
7.1.
Contoh Kasus Nyata pada Materi Pemasaran
PT.JAYA
Pada awal tahun
1992, Bapak Teguh Jaya, presiden dan CEO pada perusahaan yang menggunakan
namanya, menerima laporan pendahuluan dari akuntan publik yang menyiapkan pajak
penghasilan perusahaan tahun 1991. Diketahui bahwa kerugian operasi sekitar
Rp180.000.000,00 melebihi dari jumlah yang diperkirakan. Hal ini berarti
melebihi kerugian operasi yang dialami perusahaan lima tahun yanglalu
(1987-1991)dengan total Rp508.000.000,00. Sementara "pendapatan lain"
terpengaruh oleh dampak kerugian tersebut. Situasi seperti ini membuat Bapak
Teguh Jaya menjadi sangat serius dalam hal mengelola investasi milik keluarga
(lihat Lampiran1 mengenai laporan pendapatan 1986-1990).
Perusahaan yang
berlokasi dipusat kota Solo, daerah bagian selatan Jawa Tengah , di dirikan
pada tahun 1976 oleh Akhmad Jaya. Pada awal berdirinya, perusahaan terutama
bergerak sebagai distributor perlengkapan kantor, termasuk di dalamnya kertas
dan perlengkapan alat tulis-menulis. Sejak kematian Akhmad Jaya tahun 1946,
penanggung jawab kegiatan perusahaan digantikan oleh anaknya, Andil Jaya, yang
pada waktu itu berumur 25 tahun. Pada
pertengahan tahun 1980 perusahan memasuki bidang usaha yang ketiga yaitu usaha
percetakan. Kegiatan usaha tambahan ini dimulai dengan mengoperasikan
letterpress yang sering digunakan untuk membuat kartu bisnis, lembar
pengumuman, poster, dan sejenisnya. Sampai tahun 1980-an, bisnis percetakan
telah diperluas dengan membeli alat percetakan berwarna, alat penulisan dan
penjilidan. Perusahaan mengoperasikan pencetakan tigawama bersama-sama
7letterpress kecil pada tahun 1992.
Teguh Jaya, cucu
Akhmad Jaya, memasuki bisnis pada tahun 1978 setelah lulus dari akademi manajemen di Jakarta. Ia pertama kali bekerja
sebagai salesman perlengkapan kantor dan kemudian berganti sebagai salesman
percetakan. Pada tahun 1985, Andil Jaya pensiun dan mundur dari bisnis karena
alasan kesehatan. Sebagai gantinya, Teguh Jaya mengambil komando bisnis
perusahaan. Dengan jabatan presiden direktur, Teguh Jaya melanjutkan kegiatan
usaha orang tuanya yang telah membesarkan dirinya dan lebih khusus lagi
keluarga Jaya. Di bawah manajemen Andil
Jaya, penjualan meningkat cepat, dan perusahaan tidak pernah mengalami kerugian.
Andil Jaya bangga pada kinerja yang dicapai
perusahaan khususnya dalam pengelolaan keuangan perusahaan.
Pada akhir tahun
1991, aktiva lancar memiliki kelebihan Rp4milyar (termasuk investasi sekitar
RpI milyar guna membeli a!at cetak berwarna baru) dibandingkan hutang lancar
yang hanya sekitar Rp900.000.000,00- berupa hutang wesel. Perusahaan tidak
mempunyai hutang jangka panjang. Perusahaan memiliki bangunan yang telah
direnovasi di mana Andil Jaya menganggap sebagai "sangat istimewa untuk
tujuan kami". Lokasi bangunan, dimana semua perusahaanya berkumpul,
terletak dekat wilayah kotabagian selatan dan memiliki fasilitas parkir yang
luas. Keluarga Jaya adalah sebagai pemegang saham tunggal disemua
perusahaannya.
LINGKUNGAN EKONOMI
Dalam
mengomentari perkembangan lingkungan ekonomi perusahaan selama ini, Pak Jaya
berpendapat bahwa secara umum, propinsi dan kota Solo telah mengalami
pertumbuhan yang stabil dalam kegiatan ekonomi; seperti misalnya dalam ukuran
populasi, penjualan eceran, tenaga kerja, dan pendapatan perkapita. Walaupun
demikian, berbagai indikator yang diperoleh dari berbagai sumber itu nampaknya
masih sulit untuk dihubungkan secara langsung dampaknya terhadap peningkatan
kegiatan bisnis pak Jaya. Untuk beberapa tolok ukur yang dipergunakan,
menunjukkan bahwa perusahaan telah mampu memberikan kontribusi yang cukup
memuaskan.
Indikasi tentang
hal ini dapat dilihat dari banyaknya order yang diterima perusahaan yang
berasal dari berbagai kalangan, baik pemerintah maupun pihak swasta lain.
Peningkatan hubungan dengan berbagai industri jasa yang ada ternyata juga telah
membawa dampak positif : terbagi peningkatan kesempatan kerja di daerah. bagi
perusahaan Jaya sendiri, upaya untuk menggunakan atau mempekerjaan "Putra
Daerah" menjadi contoh bagi perusahaan swasta lain dalam membantu pemerintah
mengendalikan laju urbanisasi. Laju perkembangan perusahaan terasa semakin kuat
setelah terbentuknya suatu "synergy" antar unit bisnis yang dimiliki.
Peningkatan usaha perabot kantor pada umumnya akan diikuti dengan pemenuhan
produk hasil percetakan.
Hasil analisis
lingkungan yang dilakukan oleh Pak Jaya mungkin tidak seluruhnya berlaku bagi
kondisi daerah lain di Jawa Tengah. Lebih dari itu, dari perkumpulan
perdagangan kami melaporkan bahwa perabotan dan perlengkapan kantor berada pada
tingkat pertumbuhan nasional sekitar 6-8% dan diharapkan rata-rata 11% pada
dekade 1990-an dalam nilai rupiah konstan.Tentunya usaha kami terpengaruh oleh
inflasi yang menyulitkan untuk beberapa tahun lalu. Pak
Jaya
sendiri bahkan tidak tahu berapa tingkat
perkembangan harga-harga secara umum didaerah Solo. Sebagai bahan acuan, pak
Jaya hanya mengetahui tingkat inflasi nasional berkisar 6-8% untuk tahun
1986-1990, sekitar 11% tahun 1989, dan 14% untuk tahun 1990. Namun demikian,
atas dasar pengalaman yang dialami, tingkat inflasi yang tinggi banyak
menghambat kelancaran kegiatan usahanya. Itu sebabnya pak Jaya berharap tingkat
inflasi yang lebih rendah dapat dicapai kembali.
ORGANISASI PERUSAHAAN
Struktur
organisasi perusahaan selama ini masih tetap seperti yang dicantumkan dalam
akte pembaharuan perusahaan kira-kira 10 tahun yang lalu. Hanya saja, kini ada
tambahan 3 departemen operasi (perlengkapan kantor, perabotan, dan percetakan),
dan 3departemen lainya itu akuntansi, penerimaan dan pengiriman, dan penjualan.
Setiap perlengkapan kantor dan perabotan mempunyai retalier, gudang, dan
operasi pembelian. Semua, kecuali penerimaan dan pengiriman, dikepalai oleh
wakil presiden yang melaporkan langsung kepada Bapak Jaya. Departemen
perlengkapan kantor mempunyai unit pembelian dibandingkan dua departemen lain,
sementara manajer perabotan kantor dan percetakan bertanggung jawab langsung
terhadap kegiatan departemen tersebut. Akuntansi mencatat semua pembelian
barang dan jasa yang dapat dikomsumsi, termasuk semua pekerjaan. Sebab
akuntansi bertanggung jawab kepada setiap orang, maka akuntansi juga mencatat
asuransi jiwa dan kesehatan.
Bapak Jaya
senatiasa memperhatikan pelaksanaan departemen akuntansi, terutama yang
berkaitan dengan sistem akuntansi biaya. Ia menyatakan bahwa: "Kita
mempunyai masalah yang sangat nyata ketika mengetahui aktivitas di tingkat
departemen. Kita tidak pernah menyadari berapa pendapatan operasi departemen
dari bulan kebulan. Kita mengkomputerisasikan dua tahun yang lalu dan tidak
pernah sama sejak itu. Saya menduga bahwa sistem manual sebelumnya tidak
semuanya baik dan kita menyederhanakan permasalahan yang majemuk ketika kita
menggunakan komputer".
Masalah lain
adalah terlalu banyak sistem catatan dalam perusahaan, dan tidak ada yang cocok
antara satu dengan yang lain. Penjualan secara khusus jelek pelaksanaannya.
Catatan mereka tidak pernah cocok dengan akuntansi pada pemberian komisi yang
seharusnya kepada salesman. Tidak dapat ditentukan siapa yang benar, hal ini
tidak hanya memakan waktu tetapi ada dekadensi moral pada armada penjualan.
Problem sejenis ada pada peramalan penjualan. Departemen penjualan harus sudah
menghasilkan peramalan yang dapat diandalkan. Sebagai konsekuensi, kami telah
menemukan kesalahan yang hampir tidak mungkin untuk menyusun anggaran yang
bermanfaat bagi setiap divisi operasi dan perusahaan secara keseluruhan.
BAGIAN PERCETAKAN
Bertahun-tahun,
perusahaan menemui kesukaran untuk menentukan ukuran dan pertumbuhan beberapa
segmen pasar untuk produk percetakan sebab ada kekurangan data sekunder dan
catatan historis internal. Aktivitas manajemen penjualan, menurut Teguh Jaya,
tidak pernah berfungsi baik dengan respect "tidak mencapai pasar potensial
produk tambahan dan tipe pelanggan, frekuensi penjualan, kepuasaan konsumen,
dan produk yang menguntungkan". Ia kemudian berkata bahwa "ketika
departemen ini merugi, bagian pengembangan tahun 1990 berbeda dengan tahun 1989
dan selayaknya merubah cara biaya energi dan sewa dialokasikan". Ia
mengestimasi bahwa perubahan pada tahun 1990 atas tahun 1989 adalah
Rp63.000.000,00. (Lihat Lampiran2 untuk penjualan dan keuntungan untuk setiap
departemen pada tahun 1989-1990).
Perusahaan
mempunyai tiga sistem percetakan berbeda. Satu sistem adalah operasi berwarna
jenis Webb kecepatan tinggi yang berspesialisasi dipercetakan gambar, brosur
kecil dan kupon-kupon. lni dijual kepada perusahaan barang yang besar (seperti
perusahaan minyak), hampir semuanya berlokasi diluar propinsi Jawa Tengah. Pada
tahun 1990, penjualan mencapai Rp1.774.512.000,00.
Estimasi profit
sebesar Rp72.000.000,00. Tahun-tahun selanjutnya penjualan tetap stabil. Bapak
Jaya mengatakan bahwa perusahaanya berada pada keadaan tidak menguntungkan
didalam pasar kompetisi yang tinggi sebab "tidak hanya perlengkapan kami
tidak modern tetapi kami juga tidak memberikan pelanggan-pelanggan kami sistem
yang terintegrasi. Kemudian, kami hanya mendapatkan bisnis insert tunggal.
Hambatannya adalah biaya sekurang-kurangnya Rp4.000.000.000,00 untuk membangun
sistem modern yang baru dan kita harus membangun atau menyewa bangunan baru
untuk sistem baru tersebut. Disamping itu, sekarang ini terjadi kelebihan
kapasitas didalam industri".
Perusahaan
menjual produk Webb melalui broker yang berlokasi terutama di Purwokerto,
Yogyakarta dan Semarang. Para broker menerima 5% dari penjualan atas jasa
mereka. Mereka cenderung menempatkan Jaya sebagai prioritas terbawah karena
kendala-kendala sistem pada perusahaan Jaya. Bagaimanapun juga ia harus
memutuskan apakah memordenisasi atau menerima situasi penjualan menurun.
Produk alat
cetak huruf masih mempakan bagian utama dari bisnis percetakan. Perusahaan
mengoperasikan 7 alatpress dengan berbagai ukuran dan kecepatan. Semua alat
press tetap masih dipakai, meskipun banyak yang telah diperbarui; dan semuanya
dianggap berada dalam kondisi yang bagus. Alat-alat press tersebut digunakan
untuk berbagai produk termasuk bentuk surat, amplop, daftar harga, tiket,
formulir pendaftaran, kartu, katalog, label brosur dan lain-lain. Sebuah studi
baru menunjukkan bahwa, dalam satu bulan, 121 produk berbeda (seperti yang
disebutkan diatas) dicetak kebanyakan dalam jumlah kecil. Studi yang sama
menunjukkan distribusi penjualan alat cetak dengan berbagai ukuran.
Dibandingkan
sejumlah pesanan kecil, Bapak Jaya berpendapat bahwa pengoperasian letter press
nampak menguntungkan mungkin berjumlah Rp75.000.000,00 pertahun. Tetapi
penjualan kami menurun sebab penggunaan mesin fotocopy kantor yang canggih dan
pembukaan franchise alat cetak cukup kecil. Kami tidak yakin bahwa pembelian
perlengkapan baru akan menolong sebab jumlah alat cetak jenis mom dan pop
meningkat, dan biayanya membuat mereka ber kompetisi dengan kami."
Warna di
tampilkan ketiga tipe alat cetak dan termasuk alat cetak2 dan 4warna.
Perusahaan mengoperasikan 3 alat press besar. Dalam tahun 1990, total penjualan
lebih dari Rp3.000.000.000,00. Dalam komentarnya mengenai penjualan alat press
berwarna, Bapak Jaya menyatakan, "kita telah bekerja baik pada tahun ini
setidaknya untuk bidang penjualan. Dua tahun lalu, kita mempunyai pesanan yang
sangat besar. Kita selalu mempunyai masalah kelebihan kapasitas di bidang
warna. Untuk menghasilkan uang dengan perlengkapan tertentu, kita harus sampai
pada 2 putaran kerja. Tahun lalu kita rugi lebih dari Rp160.000.000,00 pada
pencetakan berwarna.
Bapak Jaya
mengestimasikan penggunaan perlengkapan cetak berwarna sekitar 60% dibandingkan
80% untuk alat press huruf. Efesiensi cetak warna masih sekitar 70% (jumlah jam
kerja tersedia dibagi jumlah jam kerja yang dilaksanakan). Ada keterangan yang
menyatakan bahwa tidak semua karyawan cetak berwarna bekerja sesuai jam kerja.
Hal ini disebabkan kekurangan karyawan trampil di bidang cetak berwarna. Karena
mereka lebih suka bekerja ditempat lain yang memperhatikan keselamatan kerja
dan upah lembur.
Pada tahun-tahun
ini, kompetisi telah meningkat terutama dari alat cetak dari negaral uar. Hal
ini berkaitan dengan munculnya tender kerja lokal. "Alat cetak ini secara
sederhana bertujuan menjaga pembelian alat press tetap berjalan,"kata
Bapak Jaya. Mereka membebankan harga lebih tinggi dilain tempat. Keadaan
demikian sangat sukar bagi kita untuk berkompetisi, disamping itu kita tidak
pernah memastikan siapa yang menawarkan. Saya mengandaikan melakukan hal yang
sama diluar negara, maka kita harus merekrut penjual-penjual yang benar-benar
trampil dan digaji minimal Rp75.000.000,00 pertahun. Kita berusaha bekerja
melalui broker tetapi cara tersebut tidak pernah sukses.
Perusahaan juga
dihadapkan pada meningkatnya kompetisi dari kompetitor terbesar lokal yang telah
memasang sistem cetak 4warna yang dikontrol oleh komputer dengan biaya sebesar
Rp2.000.000.000,00. Perlengkapan ini mempunyai 2kali kecepatan dari alat cetak
Jayadan berkualitas lebih baik. Sejak pemasangan sistem baru tersebut, Bapak
Jaya semakin sulit untuk mendapatkan pekerjaan lokal berkualitas tinggi dalam
jangka panjang. Bapak Jaya mentargetkan pekerjaan berjangka menengah-pendek dan
menekankan kemampuan memberikan pengiriman cepat, sebab memiliki 3 alat press
yang lebih fleksibel. Dalam jangka panjang, menurut Bapak Jaya, perusahaan
barns membeli alat press berwarna yang baru, dan rencana ini dilakukan jika ia
telah menemukan relung pasar dimana ia mampu bersaing dengan sukses.
PERLENGKAPANKANTOR
Penjualan departemen ini terus meningkat dari tahun 1987 ampai1989 dan otomatis meningkatkan kontrak
lokal dan pemerintah (lihatlampiran2). Lini perlengkapan kantor terdiri dari
10.000 item persediaan termasuk kertas, pen, pensil, tinta, lem, amplop dan
perlengkapan kantor lainnya. Departemen ini juga menjual perlengkapan
pemrosesan data. Dalam tahun 1990, bisnis ini membandingkan beberapa lini
produknya sebagai berikut:
Pada tahun 1988
dan 1989, profit atas departemen merupakan hasil dari kontrak pemerintah
melalui pelaksanaan tender. Pada tahun 1990, perusahaan kurang sukses dalam
pelaksanaan tender dan konsekuensinya menurunkan penjualan. Ditambahkan pula,
ada resiko permanen dalam kontrak pemerintah, dan Bapak Jaya berpikir bahwa
mereka mempunyai efek negatif pada bisnis komersial. Hal ini disebabkan alur
pesanan yang tidak teratur menimbulkan perbedaan kuantitas persediaan item dan
sukar menghindari terjadinyapersediaan yang
habis dalam jumlah besar. Lebih jauh lagi, sebab pemerintah memberikan
hukuman bagi keterlambatan pengiriman,
sehingga cenderung memberikan prioritas perhatian kepada pemerintah.Ia tahu
bahwa perusahaan kehilangan penjualan komersial sebab perusahaan tidak dapat
memberikan jasa yang memadai kepada konsumen, terutama persediaan yang habis.
Dan para kompetitor mengkhususkan diri menjual perlengkapan produk hanya kepada
pasar komersial.
Persediaan
departemen tidak dikomputerisasi; dan pacta akhir tahun selalu ada perbedaan
antara nilai persediaan fisik dengan bukupersediaan. Pesanan-pesanan kecil
memiliki masalah-masalah yang sulit. Sebagai contoh,30% dari total tiket, pacta
tahun 1990, bernilai kurang dari Rp1.000,00 dan merupakan 3% dari penjualan
(untuk selanjutnya dapat lihat tabel).Perusahaan mempertimbangkan pemberian
biaya jasa untuk pesanan dibawah Rp.1.000,00 tetapi hal ini tidak disetujui
oleh armada penjualan.
Perlengkapan
kantor memiliki margin tinggi (diatas 50% pactaretail), dan karenanya sering
memberi potongan. Margin kotor Jaya, pada tahun 1990,sekitar 30% sebagai akibat
rendahnya tender pemerintah dan pemberian potongan kepada konsumen komersial
karena pasar perlengkapan kantor sangat kompetitif. Lebih-lebih lagi,
pembeli-pembeli besar menempatkan pembelian mereka sebagai suatu tender untuk
jangka waktu 6 bulan atau 1 tahun. Kontrak yang ditenderkan tidak terdaftar, tidak
meyebutkan itemnya, tetapi dalam jumlah rupiah total.
PERLENGKAPANKANTOR
Penjualan
departemen perabotan kantor secara relatif tetap stabil beberapa tahun lalu
(lihatLampiran2). Departemen ini mempunyai lini perabotan kayu dan besi serta
assesori (misal lampu, jam, asbak, dan patung porselin). Perabotan besi
menekankan kualitas dan harga pacta lini produk yaitu meja kerja, kursi, meja
tamu dan file. Perabotan kayu secara relatif membawa produk-produk mahal dari
berbagai supplier termasuk meja kursi eksekutif. kursi, mejatamu, sofa, meja
kopi, lemari. Dekorator part-time disediakan untuk konsultasi gratis dengan
pelanggan berprospektif.
Bapak Jaya
menekankan pada perabotan kayu dan perabot kantor-kantor eksekutif untuk
sejumlah perusahaan lokal. Manajer
departemen menyatakan bahwa
segmen berkualitas tinggi menurun
pada perabotan baja.
Hal ini sebagian
disebabkan adanya pertumbuhan penjualan
sistem perencanaan kantor yang menggunakan kombinasi perabotan
dengan ruangan komputer. Segmen ini diharapkan mempunyai penjualan
melebihi perabotan konvensional dan mempunyai pertumbuhan rata-rata
tahunan l09c (dalam nilai rupiah
konstan) untuk beberapa tahun yang akan datang.
Salah satu
kesukaran dalam segmen sistem ini adalah margin rendah dan keterlibatan
manufaktur yang besar yang memberikan potongan
lebih besar dari yang normal dan membiayai transportasi dan pengiriman
kepelanggan. Secara teratur, perabotan besi menjadi suatu komoditi. Dan Jaya
hampir tidak menjual seluruh produknya.Kompetisi sangat seru.
Satu dari banyak
masalah departemen ini adalah ukuran persediaan yang rata-rata diatas
Rp200.000.000,00 dan perusahaan dipaksa memenuhi banyak pesanan melalui
distributor distributor, yang menghasilkan margin lebih rendah. Untuk masa
depan. Bapak Jaya tetap menekankan perabotan kantor berkualitas tinggi tetapi
ada tambahan harga yang lebih rendah dan lini logam. Ia berharap bahwa
penambahan ini akan mampu melakukan penawaran pada pekerjaan skala menengah. Ia
merencanakan untuk menyusun sistem informasi pasar yang akan mengidentifikasi
semua konstruksi baru dan menugaskan manajer departemen secara teratur
berhubungan dengan perusahaan konstruksi terbaik dinegaranya (70% dari
penjualan perabotan dapat dikomisikan). Keadaan ini diharapkan meningkatkan
penjualan departemennya sebesar 10% per tahun dan memberikan peningkatan
keuntungan yang sangat besar.
DEPARTEMEN PENJUALAN
Departemen
penjualan memiliki seorang manajer penjualan. seorang asisten manajer, seorang
ahlistatistik penjualan. duaorang sekretaris, dua orang salesman intern. 6
orang salesman nasional 11 orang salesman kota dan seorang spesialis penjualan
perlengkapan pemrosesan data. Semua salesman ekstern diberi komisidan tambahan
gaji serta dibiayai semua pengeluaran transportasinya. Perusahaan juga
mempunyai sejumlah karyawan toko yang menjual perabotan dan perlengkapan
kantor.
Tiga dari II
salesman kota mengkhususkan pada pencetakan berwarna dan mencakup seluruh kota
serta mendapat komisi 100%. Mereka juga menjual beberapa alat cetak huruf.
Meskipun tidak se-agresif menjual alat cetak berwarna. Tanpa kecuali, mereka
tidak menjual produk Jaya yang lain.meskipun mereka seringkali bermanfaat dalam
sebagai ''pembuka pintu" bagi salesman lain. Mereka terlalu puas dengan
memperoleh hasil yang sama tiap tahun. Mereka tidak menunjukkan inisiatif
mencari pelanggan baru, kecuali jika didorong.
Enam orang salesman nasional mencakup seluruh
propinsi kecuali untukarea Metro dimana
Jayaberlokasi. Kebanyakan dari mereka telah lama bekerja, tiga diantaranya sudah bekerja20tahun. Mereka
mempunyai wilayah teritorial pemasaran yang tetap dan mengadakan perjalanan
setiap dua bulan sekali. Penjualan mereka ditujukan kepada pemerintah pusat dan
daerah serta pelanggan komersial baik skala besar maupun skala kecil dalam
industri. Mereka cenderung mengkhususkan
penjualan jenis pencetakan huruf, alat tulis-menulis, map/ penjilid yang
mahal, dan perabotan. Mereka sangat
sedikit menjual perlengkapan kantor. Komisinya adalah 12% untuk
pencetakan dan 10% untuk yang lain. Pada tahun-tahun ini penjualan mereka
menurun dengan total Rp715.000.000,00 dimana 15%-nya adalah penjualan
perabotan,18%-nya penjualan perlengkapan produk (terutama pada map/penjilid),
dan 67%-nya penjualan alat cetak (terutama pada alat press huruf). Bapak Jaya
menyadari bahwa penjualan nasional akan terus menurun karena kompetisi lokal,
komputerisasi pada negara tertentu, dan catatan-catatan lokal, dan
kecenderungan terhadap kontrak pemerintah diberbagai hal yang bersifat politik. Bapak Jaya ragu-ragu apakah bisnis nasional
sangat menguntungkan, tetapi ia merencanakan tidak mengubah model jasa armada
penjualan.
Armada penjualan
kota terdiri dari 7laki-laki (seorang mengkhususkan perlengkapan pemrosesan
data) dan 2wanita yang menjual semua produk perusahaan. Komisi mereka sama
dengan yang dibayarkan kepada armada penjualan kota. Mereka menerima komisi
terlalu rendah jika penjualan dibawah target. Satu orang pria dan satu orang
wanita adalah pegawai baru dan mereka mendapatkan jaminan bulanan sampai komisi
mereka sama dengan perjanjian mereka. Semua salesman bekerja atas dasar
penugasan, dan tidak memperhatikan lokasi. Dalam tahun-tahun sekarang ini,
armada penjualan kota mengalami turn over kerja yang tinggi dan hasilnya
pelanggan-pelanggan besar berpindah ke orang-orang yang masih bertahan. Tiga
orang salesman memiliki 50% lebih dari penjualan. Manajer penjualan dalam
situasi demikian memberikan komentamya, "Suatu saat kita harus meyerahkan
beberapa pelanggan besar kita kepada orang lain sebaliknya, ada kesempatan
kecil bagi salesman termuda kita untuk menerima penyerahan itu. Orang-orang top
kita menghabiskan banyak waktu mereka melayani pelanggan-pelanggan yang
terbatas jumlahnya. Mereka telah melupakan apa yang dijual. Tetapi sekarang
mereka tabu bahwa pelanggan-pelanggan mereka, dan saya membenci untuk berpikir
meninggalkan mereka dan mengambil mereka dengan para salesman kita."
SUMBER :
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/manajemenpemasaran/kasuskasuspemasaran.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar